Catatan Perjalanan :
Musim Panas Di
Arizona
10. Taman
Nasional Gila
Hari Minggu, 13
Agustus 2000, sekitar jam 10:00 pagi saya melaju ke arah timur
melalui jalan bebas hambatan Interstate 60. Hari itu saya
merencanakan perjalanan agak jauh, menuju sisi timur dataran
Arizona yang berbatasan dengan negara bagian New Mexico. Setiba
di ujung jalan bebas hambatan, saya sempatkan untuk mengisi BBM
dan membeli beberapa botol air mineral untuk bekal perjalanan.
Sekitar 30 menit kemudian, di mil ke 54 (sekitar 86 km), saya
tiba di kota Superior. Kota ini dulunya adalah sebuah kota
tambang perak dan kini berkembang cukup ramai dan kelihatannya
tidak sempat menjadi kota hantu.
Melaju ke timur
lagi sejauh sekitar 27 km, saya tiba di kota kecil Miami (ini
bukan kota Miami yang terkenal di pantai timur Florida). Sekitar
10 km kemudian saya tiba di kota Globe. Jalur antara kota
Superior dan Globe merupakan jalur yang enak dilalui, selain
jalannya yang mulus dengan lalu lintas tidak terlalu padat, tapi
juga berpemandangan indah. Itu karena rute ini membelah
Devils Canyon yang dinding-dindingnya menampakkan dengan
jelas strata batuannya dan mempunyai punggungan bukit yang
berbentuk runcing-runcing serta di beberapa tempat berbentuk
seperti menara, dengan warna khas kemerah-merahan.
Kehidupan sebagai
kota tambang mewarnai kedua kota Miami maupun Globe. Komunitas
tambang di Globe terjadi pertama kali sekitar tahun 1860-an, saat
booming produksi perak, lalu berikutnya kota ini juga
berjaya dengan hasil tembaga. Hingga kini masih ada operasi
tambang tembaga di kawasan Miami Globe.
Salah satu
perusahaan raksasa pertambangan Amerika, Phelps Dodge
Corporation, kini masih mengoperasikan tambang dan pabrik
peleburannya di kawasan Globe Miami. Saat melewati kota
Miami ini tampak di sebelah utara jalan berdiri pabrik peleburan
(smelter) dan pemurnian (refinery) tembaga serta produk-produk
sampingannya seperti emas, perak, selenium dan tembaga sulfida.
Meskipun Phelps
Dodge dalam upayanya untuk meningkatkan effisiensi perusahaannya
telah mengurangi kegiatan tambang tembaganya di Miami, namun
tahun 1999 Phelps Dodge Mining Company mengakuisisi Cyprus Amax
Minerals Company untuk menguasai 100% kepemilikan pabrik
pemurnian tembaga di Miami. Korporasi ini menghasilkan sekitar
36% dari produksi tembaga di Amerika.
***
Selepas dari kota
Globe, saya melanjutkan perjalanan lebih ke timur melalui jalan
Highway 70 menuju kota Stafford hingga sampai di pertigaan dengan
Highway 191. Ketika tiba di pertigaan inilah saya baru tersadar
dan teringat bahwa sebenarnya saya baru saja melakukan
napak tilas perjalanan saya tahun 1996 ketika
berkunjung ke tambang tembaga Morenci. Karena empat tahun yang
lalu saya hanya sebagai penumpang, maka tidak terlalu
memperhatikan rutenya. Tapi kini saya ingat, bahwa saya pernah
berada di tempat ini.
Pada bulan Maret
1996, dari pertigaan ini saya bersama tiga orang rekan kerja
membelok ke Highway 191 menuju ke arah utara. Sekitar 55 km
kemudian akan mencapai kota Morenci. Morenci adalah juga kota
tambang karena di sini ada sebuah tambang tua tembaga yang
dioperasikan oleh Phelps Dodge Mining Company. Tambang ini sudah
beroperasi sejak tahun 1937 hingga sekarang.
Ketika korporasi
yang mula-mula didirikan bersama oleh Anson Greene Phleps dan
William Earl Dodge ini memutuskan untuk membuka tambang terbuka
di Morenci, sebenarnya Amerika sedang dilanda depresi ekonomi
yang luar biasa, yang dikenal dengan Great Depression. Tidak lama
kemudian pecah Perang Dunia II, dan lalu tiba-tiba tembaga
menjadi komoditi yang sangat dibutuhkan. Maka produksi tembaga
pun menjadi strategis bagi pertahanan bangsa. Ya, karena untuk
mensuplai bahan persenjataan perang.
Kini, tambang
Morenci rata-rata setiap hari menghasilkan 800.000 ton batuan dan
135.000 ton di antaranya berupa bijih yang dikirim ke pabrik
pengolahan (mill). Selain dari operasi tambang terbukanya,
Morenci juga memiliki dua unit SX/EW (solution
extraction/electrowinning), serta sebuah konsentrator. Karena itu
tambang ini menyumbang sekitar 25% dari seluruh produksi tembaga
yang dihasilkan oleh Phelps Dodge.
Barangkali
dilandasi oleh kebanggaan atas sejarah panjang masa kejayaan
tambang ini, maka kini tambang Morenci memberikan layanan
masyarakat berupa wisata tambang (mine tour) ke sebuah tambang
yang masih beroperasi, dengan tanpa dipungut biaya apapun. Sebuah
kontribusi yang bisa tak ternilai harganya bagi masyarakat awam
yang tidak pernah tahu tentang bagaimana sebuah tambang
beroperasi. Kelak, pengetahuan dan pengalaman semacam ini pasti
akan mampu memberikan pemahaman dan wawasan baru yang tak terduga
bagi mereka yang memang tidak bergelut di dunia tambang.
***
Kali ini saya
tidak berbelok ke Morenci, melainkan terus melaju ke timur menuju
perbatasan negara bagian New Mexico, melalui jalur panjang yang
tampak gersang, sepi serta membosankan. Menjelang kota Lordsburg,
saya berbelok ke utara menuju kota tambang lainnya, Silver City.
Kota ini juga pernah merasakan kejayaannya ketika booming
perak di akhir abad 19.
Dari kota ini
saya terus menuju utara melalui State Road (SR) 15. Rute
sepanjang 67 km yang sempit, mendaki dan berkelok-kelok serta
berada di lereng gunung yang menyusuri hutan pinus, saya tempuh
dengan sesekali mencuri kecepatan. Khawatir akan kesorean, saya
menunda untuk berhenti menikmati pemandangan alam dari punggungan
bukit yang saya lalui. Akhirnya dalam 1,5 jam saya tiba di lokasi
Taman Monumen Nasional Gila (baca : Hila).
Tiba di ruang
pusat pengunjung (visitor center) sebenarnya masih jam 4:30 sore
dan cuaca juga masih cerah, tapi entah kenapa kok sudah
tutup. Saya lalu langsung menuju ke lokasi taman Gila ini.
Untungnya di sana belum tutup dan saya masih bisa menjumpai dua
orang wanita petugas Taman Nasional. Dengan menunjukkan kartu
National Parks Pass saya, maka dengan tanpa perlu membayar US$3
saya bisa langsung memasuki lokasi taman. Ini adalah Taman
Monumen Nasional yang mirip-mirip dengan Taman Monumen Nasional
Tonto tempat ditemukannya sisa-sisa bangunan peninggalan kuno
suku Indian Salado.
Yang menarik perhatian saya mengunjungi Taman Gila ini adalah karena lokasnya berada di perbukitan yang profilnya membentuk seperti bongkahan batuan raksasa yang dinding-dinding batuannya nyaris tegak. Di dinding-dinding tegak itu ada beberapa gua bekas tempat tinggal suku Indian Mogollon pada abad ke 13. Untuk mencapai lokasi itu, harus berjalan mendaki dan memutar sejauh kira-kira 1 km.
Setiba saya di lokasi reruntuhan bangunan kuno, saya sudah disambut oleh seorang petugas wanita yang setia setiap saat menunjukkan, menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Bahkan akhirnya sayapun ditemani turun dari bukit menuju ke pintu keluar taman. Ya, karena rupanya saya adalah pengunjung terakhir sore itu.
Ada 7 gua di
dinding perbukitan yang menghadap ke lembah yang curam dan pada 5
gua di antaranya dijumpai sisa peninggalan bangunan kuno.
Dinding-dinding rumahnya dibangun dengan konstruksi batu-batu
yang diambil dari daerah itu juga, dengan menggunakan lempung
karbonat sebagai semennya. Batang-batang kayu yang dijumpai juga
masih asli. Diindikasikan ada sekitar 10 hingga 15 keluarga suku
Indian Mogollon pernah menempati bangunan-bangunan yang ada di
situ dan ruangan-ruangan yang ada digunakan hanya untuk satu
generasi. Mereka adalah masyarakat nomaden dan hidup sebagai
petani dan pemburu.
Sebelum memasuki
kawasan taman ini, seorang petugas menjelaskan tentang rute yang
harus saya lalui serta me-wanti-wanti (berpesan) agar saya
tidak mengganggu flora dan fauna yang saya jumpai. Termasuk kalau
ketemu ular dilarang membunuhnya dan demikian halnya
binatang-binatang sejenis burung dan tupai yang dilindungi. Dalam
hati saya bertanya : Apa sih artinya seekor ular atau tupai di
tempat itu, dibandingkan dengan ratusan ular atau bajing yang
saya percaya masih banyak berkeliaran di sekitarnya.
Rupanya memang
ada pesan standard yang harus disampaikan kepada
setiap pengunjung Taman Nasional Gila. Bukan pesannya yang saya
perhatikan, melainkan di baliknya ada tercermin rasa kepedulian
yang lebih terhadap lingkungan di situ. Lha wong kalau
saya pikir-pikir, apa sih kerugian si ibu petugas itu
kalau umpamanya dia tidak usah repot-repot menasehati saya dan
lalu saya membunuh ular misalnya. Rasanya juga tidak ada ruginya.
Gajinya pun tidak akan dikurangi kalau misalnya dia hanya berdiri
menjual karcis melayani pengunjung.
Tapi ternyata, si
ibu itu tetap memilih untuk repot. Tapi begitulah, barangkali
tradisi berpikir saya (atau orang lain yang juga tidak suka
repot) masih belum nyandak (menjangkau) tradisi mereka
dalam memberi apresiasi terhadap ekosistem dimana manusia
hanyalah satu bagian kecil saja di dalamnya.
Saat senja saya
baru meninggalkan Taman Nasional Gila ini, dan tiba ke kota Tempe
saat tengah malam. Perjalanan panjang di musim panas baru saja
saya akhiri. -
New Orleans, 4
September 2000
Yusuf Iskandar
Rumah
peninggalan suku Indian Mogollon di Taman Nasional Gila
Bukit-bukit
terjal di Taman Nasional Gila, dimana terdapat
gua-gua
bekas rumah tempat tinggal suku Indian Mogollon
[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]